Harta karun budaya Tiongkok – Festival Perahu Naga
ItuFestival Perahu NagaFestival Perahu Naga, juga dikenal sebagai Festival Duan Yang, Festival Perahu Naga, dan Festival Chong Wu, merupakan salah satu festival tradisional terpenting bangsa Tiongkok. Festival ini biasanya dirayakan pada hari kelima bulan kelima kalender lunar setiap tahun. Pada tahun 2009, UNESCO menetapkan Festival Perahu Naga sebagai warisan budaya takbenda kemanusiaan, yang menunjukkan bahwa festival ini bukan hanya milik Tiongkok, tetapi juga milik kekayaan budaya berharga seluruh umat manusia. Festival Perahu Naga memiliki sejarah panjang dan memadukan beragam makna budaya seperti pengorbanan, peringatan, berkah, dan pemeliharaan kesehatan, yang mencerminkan semangat tradisional bangsa Tiongkok yang kaya dan mendalam.
1. Asal usul festival: memperingati Qu Yuan dan mengungkapkan kesedihan
Pepatah yang paling banyak beredar tentang asal usul Festival Perahu Naga adalah untuk memperingatiQu Yuan, seorang penyair patriotik besar dari Negara Chu selama Periode Negara-Negara Berperang. Qu Yuan setia kepada kaisar dan patriotik sepanjang hidupnya, tetapi diasingkan karena fitnah. Ketika Negara Chu hancur, ia patah hati karena negaranya hancur dan rakyatnya terpecah belah, dan ia bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo pada hari kelima bulan kelima penanggalan lunar. Penduduk setempat berduka setelah mendengar berita itu, dan mereka mendayung perahu untuk menyelamatkan jasadnya dan melemparkan pangsit beras ke sungai untuk mencegah ikan dan udang memakan jasadnya. Legenda ini telah diwariskan selama ribuan tahun dan telah menjadi simbol budaya inti Festival Perahu Naga – semangat kesetiaan dan patriotisme.
Selain itu, Festival Perahu Naga juga dapat menggabungkan tradisi musim panas kuno "mengusir racun dan menghindari roh jahat". Bulan kelima dalam kalender lunar disebut "bulan jahat". Orang-orang kuno percaya bahwa wabah dan serangga beracun merajalela pada masa ini, sehingga mereka akan mengusir roh jahat dan menghindari bencana dengan memasukkan mugwort, menggantung calamus, minum anggur realgar, dan mengenakan sachet, yang menyiratkan kedamaian dan kesehatan.
2. Adat istiadat festival: kearifan hidup budaya yang terkonsentrasi
Adat istiadat tradisional Festival Perahu Naga sangat kaya dan penuh warna, diwariskan dari generasi ke generasi, dan masih berakar kuat di hati masyarakat.
Balap Perahu Naga
Balap Perahu Naga merupakan salah satu kegiatan yang paling representatif dalam Festival Perahu Naga, terutama di kota-kota perairan Jiangnan, Guangdong, Taiwan, dan tempat-tempat lainnya. Mendayung perahu naga yang indah di sungai, danau, dan laut bukan hanya peringatan bunuh diri Qu Yuan, tetapi juga simbol budaya kerja sama kolektif dan semangat juang yang berani. Balap perahu naga saat ini telah berkembang menjadi ajang olahraga internasional, menyebarkan kekuatan spiritual persatuan, kerja sama, dan perjuangan bangsa Tiongkok untuk kemajuan.
Makan Zongzi
Zongzi adalah makanan tradisional untuk Festival Perahu Naga. Terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan kurma merah, pasta kacang, daging segar, kuning telur, dan isian lainnya, dibungkus dengan daun zong, lalu dikukus. Zongzi di berbagai daerah memiliki rasa yang berbeda-beda. Misalnya, kebanyakan zongzi di utara terasa manis, sementara di selatan terasa asin. Menyantap zongzi tidak hanya memuaskan selera, tetapi juga membawa kenangan akan Qu Yuan dan rasa syukur atas kehidupan reuni.
Mugwort gantung dan memakai sachet
Selama Festival Perahu Naga, orang-orang sering menyematkan mugwort dan calamus di pintu, yang berarti mengusir roh jahat dan menghindari bencana, serta membersihkan dan melenyapkan wabah. Mengenakan sachet juga sangat populer. Sachet berisi berbagai rempah-rempah atau obat herbal Tiongkok, yang tidak hanya dapat mengusir serangga dan mencegah penyakit, tetapi juga memiliki makna keberuntungan. Tradisi ini mencerminkan kebijaksanaan orang-orang kuno untuk mengikuti alam dan menjunjung tinggi kesehatan.
Menggantung benang sutra warna-warni dan mengikat lima tali beracun
Pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan leher anak-anak diikat dengan benang sutra berwarna-warni, yang disebut “tali lima warna” atau “tali umur panjang”, yang melambangkan pengusiran roh jahat dan berdoa memohon berkah, kedamaian, dan kesehatan.
3. Nilai Budaya: Perasaan Keluarga dan Negara serta Perawatan Kehidupan
Festival Perahu Naga bukan hanya perayaan, tetapi juga warisan semangat budaya. Festival ini tidak hanya mengenang kesetiaan dan integritas Qu Yuan, tetapi juga mengungkapkan harapan baik masyarakat akan kesehatan dan kedamaian. Dalam integrasi "festival" dan "ritual", perasaan, etika, dan kearifan alami bangsa Tiongkok dapat diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam masyarakat kontemporer, Festival Perahu Naga merupakan ikatan identitas budaya dan ikatan emosional. Baik di kota maupun desa, baik di komunitas Tionghoa domestik maupun perantauan, Festival Perahu Naga merupakan momen penting untuk menyatukan hati masyarakat Tionghoa. Dengan membuat pangsit beras, berpartisipasi dalam lomba perahu naga, atau menceritakan kisah-kisah Qu Yuan, masyarakat tidak hanya melanjutkan tradisi, tetapi juga menghidupkan kembali identitas budaya dan kekuatan spiritual yang berakar dalam darah bangsa Tionghoa.
4.Kesimpulan
Festival Perahu Naga, sebuah festival tradisional yang telah berlangsung selama ribuan tahun, merupakan mutiara budaya yang cemerlang dalam sejarah panjang bangsa Tiongkok. Festival ini bukan sekadar festival, tetapi juga warisan spiritual dan kekuatan budaya. Di era baru, Festival Perahu Naga telah menyegarkan kembali semangat, sekaligus mengingatkan kita untuk menghargai budaya, menghormati sejarah, dan mewarisi semangat. Marilah kita, di tengah aroma pangsit beras dan suara genderang, bersama-sama menjaga kepercayaan budaya dan rumah spiritual bangsa Tiongkok.